APA PENGERTIAN BULLYING ATAU PERUNDUNGAN
Apa Pengertian Bullying atau perundungan ? Bullying atau perundungan adalah peristiwa yang cukup sering ditemukan, terlebih di lingkungan sekolah. Tindak perilaku perundungan di sekolah tentunya perlu menjadi perhatian khusus oleh banyak pihak. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi kasus perundungan.
Pengertian Bullying atau perundungan adalah adalah tindakan menyakiti atau membuat orang lain tidak nyaman, baik dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, fisik, seksual, atau daring (cyber bullying); seperti mengolok-olok, mengucilkan, menyebarkan gosip, mengancam, mendorong, memukul, menendang, menjambak, mencuri atau merusak barang milik korban, postingan pesan menghina, membagikan foto/video memalukan, pelecehan seksual. Tindakan perundungan dapat dilakukan oleh sekelompok orang atau perorangan yang merasa lebih kuat secara fisik dan mental daripada korban.
Berikut ini Jenis-jenis atau Macam-macam Bullying atau
perundungan
Berikut ini faktor penyebab
terjadinya Bullying
atau perundungan
Pemerintah Indonesia terus
melakukan upaya-upaya penanggulangan tindak perundungan di sekolah. Salah
satunya adalah dengan menggandeng UNICEF Indonesia untuk bersama-sama membentuk
program “Roots”. Roots adalah sebuah program pencegahan perundungan berbasis
sekolah yang telah telah dikembangkan oleh UNICEF Indonesia sejak tahun 2017
bersama Pemerintah Indonesia, akademisi, serta praktisi pendidikan dan
perlindungan anak.
Fokus dari program ini
adalah mengatasi perundungan di sekolah dengan melibatkan teman sebaya.
Beberapa siswa yang memiliki pengaruh terhadap teman-teman di sekolahnya akan
dibentuk menjadi agen perubahan yang dapat membawa dampak positif terhadap
tindak perundungan. Berikut ini adalah detail dari program Roots:
1. Melakukan survei
Tahap awal dari program
Roots adalah melakukan survei terhadap para peserta didik dan juga guru seputar
perundungan di lingkungan sekolahnya. Mereka diberikan pertanyaan-pertanyaan
simpel mengenai perundungan seperti pernahkan melakukan perundungan, pernahkah
menjadi korban perundungan, apa yang dilakukan ketika melihat perundungan, dan
sebagainya.
Survei dilakukan secara
anonim agar identitas responden tetap terjaga rahasianya. Dengan dilakukan
survei, nantinya bisa diketahui data terkait perundungan yang dapat dijadikan
landasan pemetaan tindakan selanjutnya.
2. Pemilihan agen perubahan
Pemilihan agen perubahan
menggunakan teori jejaring sosial. Metode yang dilakukan adalah setiap peserta
didik setiap angkatan diminta menuliskan 10 nama teman terdekatnya. Nantinya
akan ada sekitar 40 agen perubahan di sekolah
Hal ini sangat penting karena
dalam jejaring sosial ingin didapat data mengenai peserta didik mana saja yang
paling berpengaruh dan paling didengar oleh peserta didik lainnya. Pemilihan
agen perubahan ini bertujuan untuk bisa memengaruhi peserta didik lain agar
peduli terhadap kasus perundungan yang terjadi di sekolahnya.
3. Pelatihan agen perubahan
Para agen perubahan yang
sudah terpilih tadi selanjutnya akan menjalani sesi pelatihan selama 15
pertemuan. Pelatihan ini memberikan materi seputar perundungan kepada agen
perubahan. Agar efektif, pelatihan dilakukan satu kali dalam seminggu sehingga
program ini diestimasikan berjalan selama satu semester.
Di sini, peran fasilitator
menjadi kunci dalam sesi pelatihan. Fasilitator bisa berasal dari guru di
sekolah ataupun pembina ekstrakurikuler. Namun, fasilitator haruslah sosok yang
dekat dan dapat dipercaya oleh para agen perubahan.
4. Kampanye antiperundungan
Setelah para agen perubahan
diberi pelatihan mengenai perundungan, satuan pendidikan bisa merayakan acara
puncak dengan mengadakan kampanye antiperundungan. Acara ini wajib diikuti oleh
seluruh warga sekolah mulai dari peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan.
Puncak acara dari kampanye
ini dapat diselenggarakan dengan berbagai ide kreatif dari para agen perubahan.
Bisa berbentuk penandatanganan deklarasi anti perundungan, pertunjukan seni,
ataupun ide-ide kreatif lainnya.
5. Evaluasi program
Lakukan survei ulang dan
evaluasi usai program Roots dijalankan. Apakah ada perubahan pada tingkat kasus
perundungan atau tidak. Jika program berhasil, maka kasus perundungan akan
turun. Namun, apabila ternyata semakin banyak yang melaporkan kasus perundungan
bisa juga berarti telah banyak warga sekolah yang semakin peduli dengan masalah
perundungan di lingkungannya.
Perundungan memang bukanlah
masalah yang dapat disepelekan. Oleh karena itu, satuan pendidikan bisa mencoba
mengaplikasikan program Roots untuk menekan kasus perundungan di sekolahnya.
Demikian penjelasan tentang Apa Pengertian Bullying atau perundungan dan
program Roots untuk mengatasi Bullying atau perundungan. Semoga ada
manfaatnya
No comments