Apa yang menjadi Penyakit Guru di Indonesia dan bagaimana Diagnosis Obatnya atau cara pengobatannya. Mari Kita Renungkan, ketika kita menyorot masalah pendidikan. Terlebih setelah diberlakukan Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru sebagai usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat guru dalam dunia pendidikan. Objek paling gampang disorot saat ini memang profesi Guru. Bukan tanpa alasan jika kita perlu mengintrospeksi diri sebagai guru sebelum mengkritisi keterlaksanaan Permendiknas tersebut, bukankah lebih baik mengukur baju sendiri daripada selalu mengkritik penampilan.
Guru masa kini tidak
lagi dikenal sebagai sosok Oemar Bakrie
ala Iwan Fals, melainkan “Guru KUTU ilmu” (Guru Kreatif Untuk selalu Tahu
perkembangan Umum ilmu) yang profesional. Guru KUTU ilmu selalu haus
pengetahuan dan berusaha menginovasi diri untuk mengembangkan dan menyumbangkan
potensinya sehingga menghasilkan telur-telur anak bangsa yang berkualitas baik
(mentes) dalam bidang pengetahuan dan moral. Tidak gampang memang menjadi guru
KUTU ilmu yang profesional, harus mempunyai kemauan, kemampuan dan keuletan
untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang bagus yang sering di gemborkan
sebagai penyakit guru (teachers disease).
Penyakit guru (teachers
disease) dapat dikenali sejak dini
dengan menganalisis penyebab dan gejalanya. Bertolak dari keadaan guru, modal
dasar guru bekerja adalah waktu dan dedikasi ilmu yang dimilikinya. Merancang
perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengadakan evaluasi dan analisis
serta melaksanakan program bimbingan karakter, perbaikan dan pengayaan adalah
serangkaian tugas pokok guru yang wajib dilaksanakan disamping mengerjakan
pembukuan administrasi kelas yang harus dilengkapi sebagai bukti fisik pelaksanaan
tugas pokok guru. Pelaksanaan tugas pokok tersebut tentunya memerlukan ketelatenan
dan keterampilan guru dalam memanage waktu. Kedua hal tersebut patut mendapat
sorotan, sebab guru sering kedodoran karenanya.
Guru yang tidak dapat
mengelola waktu dengan baik rentan terinfeksi penyakit guru ( susspage teachers
disease). Penyakit guru ini adalah penghambat peningkatan mutu guru profesional
sekaligus mutu pendidikan.
Apa saja Penyakit Guru dan Diagnosis Obatnya Serta
Cara Pengobatannya. Penyakit Guru yang telah dianalisis dalam dunia pendidikan
diantaranya :
1.
KUDIS (KURANG DISIPLIN)
Guru KUDIS-an
dalam melaksanakan tugasnya cenderung kurang disiplin, datang terlambat, masuk
kelas terlambat sering di kantor saat jam mengajar dan pulang lebih awal dengan
berbagai alasan yang tidak masuk akal.
2. KURAP (KURANG
RAPI)
Guru KURAP-an
cenderung tidak memperhatikan kerapian, kerapian yang dimaksud adalah rapi
dalam berpakaian, rapi dalam mengerjakan administrasi dan rapi dalam mengemas
perangkat pembelajaran serta menyampaikannya.
3. TIPUS (TIDAK PUNYA
SEMANGAT)
Guru
terjangkit TIPUS terlihat ogah-ogahan dan tidak punya semangat mengajar,
apalagi motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diembannya.
4.
ASAM URAT (ASAL SUSUN MATERI URUTAN TIDAK AKURAT)
Guru ASAM
URAT-an cenderung mengalami kedodoran dalam administrasi, pembelajaran dan
pengkondisian kelas. RPP yang disusun tidak memperhatikan karakteristik peserta
didik, akibatnya mengalami kesulitan.
5. ASMA (ASAL MASUK
KELAS)
Guru terjangkit
ASMA gejalanya guru tersebut asal ada didalam kelas, yang penting anak tidak
ramai /hanya dijadikan robot, anak didik disuruh diam yang penting duduk manis,
menyampaikan pembelajaran tidak sesuai jadwal pelajaran pada hari tersebut
bahkan tanpa persiapan perangkat pembelajaran.
6. KUSTA (KURANG
STRATEGI)
Guru terjangkit
KUSTA mengajar dengan kurang strategi sehingga terkesan asal mengajar dan
monoton.
7. LESU (LEMAH
SUMBER)
Guru mulai
LESU tergolong malas membaca sehingga kurang sumber akibatnya siswa hanya mendapatkan sedikit
pengetahuan dalam pembelajaran karena mengalami kekurangan bahan belajar.
8. WTS (WAWASAN TIDAK
LUAS)
Guru terjangkit
WTS menyampaikan materi hanya sebatas yang diketahuinya, bersikap kaku saat
siswa menanyakan materi pembelajaran dengan perkembangan baru, bahkan untuk
menutupi kekurangannya dengan memarahi si anak karena pertanyaan dianggap telah
keluar dari kontek.
9. TBC (TIDAK BISA
COMPUTER)
Guru TBC-an
cenderung tidak mau menerima perkembangan teknologi dengan bersikap antipati
terhadap teknologi baru seperti computer, tidak mau berlatih computer dengan
alasan takut adalah pintu kegagalan pertama untuk menjadi seorang guru yang
profesional.
10. KRAM (KURANG
TERAMPIL)
Guru KRAM
cenderung kurang terampil menggunakan model pembelajaran, pendekatan dan
strategi pembelajaran bahkan kurang terampil memanfaatkan media teknologi
sebagai inovasi pembelajaran.
11. MUAL (MUTU AMAT LEMAH)
Guru MUAL
tergolong mempunyai mutu amat lemah karena tidak mau menginovasi diri untuk
mampu mengembangkan potensi diri yang dapat berimbas pada mutu pembelajaran
yang disampaikannya.
12. GINJAL ( GAJI
ABIS, JARANG AKTIF DAN LAMBAT)
Guru GINJAL-an
tergolong masuk pada penyakit yang paling kronis, karena tidak lagi dapat memanage
waktu saja tetapi juga keuangan dan motivasi diri, akibatnya mempengaruhi semangat
dan kualitas kinerja mengajarnya.
Sayangnya kita
sebagai guru kadang tidak menyadari keterjangkitan penyakit pendidikan tersebut.
Bahkan kita terlelap TIDUR (TIDAK TAHU DIRI) dan TERLENA (“TERSERAH LEH
NANGGAPI”) tanpa berbuat apa-apa. Bisa dibayangkan betapa besar korupsi yang
kita lakukan sebagai guru dalam dunia pendidikan. Jika pemerintah telah memberikan
hak berupa kesejahteraan dan jaminan peningkatan martabat guru dalam bentuk
sertifikasi dan kenaikan gaji, lalu kewajaban apa yang harus kita bayar untuk
negara ini sebagai penerang pendidikan. Tidak lain hanyalah waktu dan dedikasi
ilmu yang kita miliki.
Setelah mengenal Penyakit Guru di
Indonesia sekarang mari kita coba menentukan Diagnosis Obatnya Serta Cara Pengobatannya. Apa yang harus kita
lakukan apabila gejala penyakit tersebut sudah mulai menjangkit dan
menghinggapi diri? Tidak ada kata untuk terlambat menyadari. Agar guru
terhindar dari penyakit yang kronis, maka guru harus mau mengobati diri dengan
beberapa treatmen yang didiagnosa sebagai obat penyakit guru.
1. SALEP (SELALU
AKTIF LEBIH SIAP)
Guru yang
profesional Selalu Aktif LEbih Siap mengawali kegiatan dalam segala hal. Selalu
aktif mempersiapkan segala sesuatunya secara terencana dan terorganisir dengan memanage
waktu seefektif mungkin untuk mempersiapkan diri. Kondisi yang selalu siap ini dapat
meminimalisir terjangkitnya KUDIS (KURANG DISIPLIN) dan KURAP (KURANG RAPI) disamping
menerapkan 10 Budaya Malu bagi guru.
2.
REMASON (REFLEKSI MENGAJAR AKTIF STRATEGI ONLINE)
Diagnosis
obat penyakit guru yang ke dua adalah REMASON (REFLEKSI MENGAJAR
AKTIF STRATEGI ONLINE). Guru yang profesional selalu aktif melaksanakan
refleksi mengajar yang telah dilakukannya dan selalu berupaya mencari dan
menerapkan setrategi baru untuk keberehasilan tujuan yang hendak dicapainya.
Kondisi demikian dapat meminimalisir TIPUS
(TIDAK PUNYA SELERA), ASAM URAT (ASAL SUSUN MATERI URUTAN TIDAK AKURAT), KRAM
(KURANG TERAMPIL), dan MUAL (MUTU AMAT LEMAH) disamping guru harus mau
menginovasi dirinya dengan belajar komputer.
3.
CTM (CD PEMBELAJARAN TEMAN MENGAJAR)
Guru yang
profesional harus mampu memotivasi diri menggunakan CD pembelajaran sebagai
teman mengajar dalam rangka mengkonkritkan materi supaya lebih bermakna dan
mudah diterima siswa. Terlebih lagi, penggunaan CD pembelajaran memberikan
keuntungan pengefektifan waktu bagi guru dan siswa, sehingga tujuan yang
terencana dan hendak dicapai guru dan siswa dapat terlaksana. Diagnosis obat
penyakit guru yang ke tiga ini dapat meminimalisir LESU (LEMAH SUMBER), dan WTS (WAWASAN TIDAK
LUAS) disamping guru harus menumbuhkan budaya senang membaca.
4. ASPIRIN (AKTIF,
SPORTIF, RESPONSIF, INOVATIF)
ASPIRIN
merupakan diagnosis obat dengan dosis tinggi. Dimana mengkondisikan guru yang
profesional harus Aktif mencari sumber untuk
mengembangkan pengetahuan dan mengelola waktu, Sportif mengakui kelebihan teman,
memberi pujian dan berkompetisi secara sehat serta memberikan pujian kepada
siswa yang pandai dan menumbuhkan motivasi siswa yang kurang pandai, Responsif terhadap
peraturan baru dan perkembangan pengetahuan demi kemajuan pendidikan, selalu
menumbuhkan Inovasi mengembangkan diri
dan strategi pembelajaran. Diagnosis obat penyakit guru yang ke tiga ini dapat
meminimalisir KUSTA (KURANG STRATEGI) dan GINJAL ( GAJI ABIS, JARANG AKTIF DAN
LAMBAT).
Keberhasilan pelaksanaan
treatmen sebagai obat penyakit guru tersebut, tentunya tidak lepas dari
kesadaran guru untuk mau berubah dan mampu melaksanakannya. Dalam hal ini KKG
BERMUTU memfasilitasi para guru untuk menggunakan obat tersebut dalam wujud
pengumpulan tagihan sebagai hasil dari pelaksaan treatmen mengobati penyakit
guru. Untuk itu tagihan dalam KKG BERMUTU bukanlah sebagai beban tambahan guru
melainkan proses bagi guru untuk mulai berinovasi meningkatkan kompetensi
dirinya dalam dunia pendidikan.
Pendidikan adalah
modal utama untuk pembangunan bangsa. Pendidikan menjadi kunci pembuka pola
pikir masyarakat Indonesia bermartabat. Pendidikan memposisikan Guru sebagai penerang
dalam pembentukan karakter anak bangsa. Bangkitlah guruku dari segala penyakit
guru yang selalu membanyangi. Guru karena engkau kami bisa, Guru karena engkau
kami dapat, Guru karena engkau kami menatap masa depan yang lebih cemerlang. Buanglah
jauh-jauh, hancurkan segala penyakit yang ada pada dirimu GURU!!.
No comments