Ini 4 (Empat) Keterampilan Berbahasa Indonesia
Ini 4 (empat) Keterampilan Berbahasa Indonesia
Hasil belajar bahasa
Indonesia dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada umumnya mencakup 4 (empat) keterampilan berbahasa Indonesia,
yakni m
enyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini karena empat keterampilan
berbahasa tersebut merupakan aspek keterampilan yang menjadi sasaran pembelajaran
bahasa. Oleh sebab itu, standar kompetensi lulusan (SKL) pembelajaran bahasa
Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup 4 (empat)
kompetensi keterampilan berbahasa.
Berikut penjelasan lengkap
tentang 4 (empat) keterampilan berbahasa
Indonesia. Silahkan disimak untuk dapat dipahami!
1) Keterampilan
Menyimak,
Nurjamal,
dkk (2013:2) menyatakan bahwa menyimak merupakan keterampilan yang pertama kali
dipelajari dan dikuasai manusia. Sejak manusia bayi, bahkan sejak dalam
kandungan sang ibu, kita sudah mulai belajar menyimak. Dilanjutkan ketika kita
terlahir di muka bumi, proses belajar menyimak atau mendengarkan itu terus
menerus kita lakukan.
Tarigan (2008:29), menyimak adalah kegiatan
mendengarkan lambang–lambang lisan yang dilakukan dengan sengaja, penuh
perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh
pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespons yang terkandung
dalam lambang lisan yang disimak.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan apa yang
diucapkan atau dibaca oleh orang lain secara seksama, memeriksa dan mempelajari
dengan teliti. Proses menyimak berarti mendengarkan berkali - kali dengan penuh
perhatian atas apa yang diucapkan seseorang dan memahami makna yang terkandung
di dalamnya.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran, menyimak dilaksanakan
secara terpadu dan mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan berbahasa
lain. Namun dalam pelaksanaannya, menyimak masih kurang mendapat perhatian dan
seringkali dianggap mudah oleh siswa maupun guru. Mereka beranggapan bahwa
semua orang yang normal pasti dapat menyimak dan kemampuan menyimak akan
dikuasai oleh siswa secara otomatis. Pendapat seperti ini sebenarnya kurang
tepat dan harus dihilangkan. Kemampuan menyimak untuk memperoleh pemahaman
terhadap wacana lisan tidak akan terbentuk secara otomatis atau hanya dengan perintah
supaya mendengarkan saja tetapi harus dilatih dengan baik.
2) Keterampilan
Berbicara
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 1180) keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, dapat disimpulkan keterampilan
adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk
menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini
supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil
dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan
hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi
masyarakat.
Keterampilan
berbicara tidak terlepas dari keterampilan menyimak. Sebelum seseorang dapat
berbicara, ia harus dapat melakukan kegiatan menyimak. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Nurjamal, dkk (2013:4) yang menyatakan bahwa berbicara
merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan pikiran dan perasaan
secara lisan kepada orang lain. Begitu pula dengan Tarigan (2008:45) yang
menyatakan berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
pada kehidupan anak yang hanya dilalui oleh keterampilan menyimak, dan pada
masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Suhartono,
(2005: 20) mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2005: 165) berbicara adalah “beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi
pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan”. Bicara merupakan bentuk
komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting.
Sejalan dengan ini Hariyadi dan Zamzami (Suhartono, 2005: 20) mengatakan
berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di
dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dari pengertian yang
sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi
hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh
orang lain.
Menurut
Suhartono (2005: 21), berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik.
Pertama, faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa, seperti
kepala, tangan, dan roman muka yang dimanfaatkan dalam berbicara. Kedua, faktor
psikologis dapat memengaruhi terhadap kelancaran berbicara. Oleh karena itu
stabilitas emosi tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas suara tetapi juga
berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan. Ketiga, faktor neurologis
yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan
organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Keempat, faktor semantik
yang berhubungan dengan makna. Kelima, faktor linguistik yang berkaitan dengan
struktur bahasa. Bunyi yang dihasilkan harus disusun menurut aturan tertentu
agar bermakna. Jika kata-kata yang disusun itu tidak mengikuti aturan bahasa
akan berpengaruh terhadap pemahaman makna oleh lawan bicaranya.
Berdasarkan
pengertian keterampilan dan pengertian berbicara di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi
hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh
orang lain. Aktivitas anak yang dapat dilakukan yaitu dengan berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga dapat melatih
anak untuk terampil berbicara.
Keterampilan
berbicara perlu dilatihkan kepada anak sejak dini, supaya anak dapat
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata sehingga mampu
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi
hati kepada orang lain. Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan
dari orang dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan
menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan bahasanya.
Anak membutuhkan reinforcement (penguat),
reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang
baik dari orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang
secara maksimal. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.
Dalam melatih keterampilan berbicara, anak perlu dibiasakan untuk berinteraksi
dengan orang lain, sehingga anak dapat menyampaikan pikiran dan perasaannya
kepada orang lain.
3) Keterampilan
Membaca
Menurut
Hodgson (Tarigan 2008:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna
kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak dapat terpenuhi,
maka pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tidak tertangkap atau dipahami,
dan proses membaca tidak terlaksana dengan baik.
Menurut
Tarigan (2008:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis.
Berdasarkan konsep ini, membaca merupakan upaya untuk menghubungkan lisan atau cetakan
dengan makna bahasa lisan.
Sejalan
dengan di atas, Nurjamal, dkk (2013:4) menyatakan bahwa membaca seperti halnya
menyimak merupakan aktivitas kunci untuk mendapatkan informasi. Dengan banyak
membaca seseorang akan memperoleh berbagai informasi, sehingga akan memudahkan
dalam berbicara atau menulis.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses
kegiatan kompleks yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh arti, serta
memahami bahan bacaan yang dipengaruhi aspek fisik dan mental yang melalui dua
tahapan, yaitu proses membaca dan hasil membaca.
Tujuan
utama membaca menurut Tarigan (2008:9) adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna atau arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif
kita dalam membaca. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk menemukan
sesuatu yang dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan bahan bacaan yang
dibaca.Tujuan membaca bergantung pada keinginan pembaca untuk memperoleh
informasi dari sebuah bacaan. Apabila bahan bacaan berbeda, maka tujuan membaca
pun pasti akan berbeda.
Ada
dua aspek keterampilan membaca yaitu keterampilan mekanis dan pemahaman. Keterampilan
yang bersifat mekanis (mechanical skill)
yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup: (1) pengenalan huruf, pengenalan unsur-unsur
linguistik seperti fonem, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain. (2) pengenalan
hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis),
(3) kecepatan membaca bertaraf lambat (Tarigan 2008:11).
Keterampilan
yang bersifat pemahaman (comprehensive skill)
yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup : (1) memahami pengertian sederhana
(leksikal, gramatikal, retorikal), (2) memahami signifikansi atau makna antara
lain maksud dan tujuan pengarang, relevansi keadaan budaya, reaksi pembaca, (3)
evaluasi dan penilaian isi dan bentuk, (4) kecepatan membaca yang fleksibel yang
mudah disesuaikan dengan keadaan. Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam aspek
mekanis maka aktivitas yang sesuai adalah membaca nyaring. Sedangkan untuk mencapai
tujuan yang terkandung dalam aspek pemahaman, aktivitas yang sesuai adalah
membaca dalam hati.
4) Keterampilan
Menulis
Menurut
Suparno (2009:13) menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Berdasarkan
konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak
langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol sehingga dapat dibaca seperti
apa yang diwakili oleh simbol-simbol tersebut.
Nurjamal,
dkk (2013:4) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan yang sangat
kompleks. Oleh karena itu, mengombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan
dalam sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan
terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan sebuah
karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam kegiatan
menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu, jalan pikiran
dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah karya tulis atau karangan
yang berkualitas. Dengan kata lain, hasil sebuah karangan yang berkualitas umumnya
ditunjang oleh keterampilan kebahasaan yang dimiliki seorang penulis.
Keterampilan
seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik wadah maupun media untuk memaparkan
isi jiwanya, penghayatan, dan pengalamannya secara teratur disebut kemampuan menulis/mengarang.
Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-tugas
kesehariannya yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis. Sebagai makhluk sosial,
manusia membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam proses berkomunikasi
dapat melalui bahasa tulis maupun bahasa lisan. Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur.
No comments